Assalamualaikum semuanya. Semoga semua dalam keadaan sehat ya..
Sudah 13 hari ini saya menjalani isolasi mandiri / isoman. Setelah berhasil lolos dari Covid-19 varian Alpha dan Delta, eh gelombang ketiga ini qadarulloh kena..
Gejala awal yang saya rasakan adalah batuk berdahak, sudah minum Lase*in dan Woo*s expectorant tapi batuknya tidak membaik. Saya sempat denial karena katanya batuk khas covid-19 itu batuk kering dan tidak berdahak. Tapi karena batuknya mengganggu, akhirnya saya pergi ke dokter terdekat untuk diperiksa. Saat di ruang periksa..
Dokter: "Halo.. Lho ini siapa yang sakit Bu?"
Saya: "Saya, dok..😅"
Mungkin karena saya gak kelihatan seperti orang sakit ya 😷. Setelah diperiksa, dokter bilang kalau hasil observasinya bagus, dan anehnya saya tidak diminta swab. Karena saking bagusnya hasil obervasi kah? hehe.. Saya hanya diberi obat batuk tapi dokter berpesan "kalau 3 hari tidak membaik, segera swab ya Bu."
3 hari kemudian.. Obat yang diberikan dokter sudah habis dan batuk tak kunjung reda. Tenggorokan sudah gatal sekali rasanya, ga nyaman dan kalau kata orang Sunda mah ripuh pisan. Sedikit-sedikit batuk dan perlu minum air hangat (menuju panas sih) supaya tenggorokan agak enakan. Dahaknya pun (maaf) ada semburat darah karena luka, saking gatalnya tenggorokan. Jadi ingat apa kata alm. nenek saya, batuk saya alami itu kayak batuk bangkong karena tak lain tak bukan suaranya seperti kodok 😔
Baiklah, saya kembali ke dokter dan minta untuk swab antigen saja. Voila, stripnya dua alias positif covid-19. Pikiran saya langsung tertuju ke keadaan anak-anak dan orang-orang yang berinteraksi dengan saya beberapa hari silam. Kok rasanya saya merasa bersalah ya.. Aduh saya menularkan virusnya ga ya..😔
Dokter bilang "jangan stres, Bu. Ibu isolasi mandiri ya, dan Bapak juga anak-anak di rumah di-swab juga. Cepat sembuh ya Bu."
Kami pun langsung lapor ke Puskesmas Kelurahan dan kami sekeluarga diminta untuk swab PCR. Qadarulloh, hasil swab PCR saya, suami dan si sulung positif Covid-19, sementara si kecil (2 tahun) Alhamdulillah negatif.
Kami berempat pun isolasi mandiri di rumah. Selama di rumah kami selalu menggunakan masker untuk menjaga si kecil. Gejala yang dialami suami dan anak hanya batuk, kadang suami ada sesak. Sementara saya batuknya makin menjadi, ada sesak dan badan lemas sekali, ditambah ada nyeri pada otot yang disebabkan oleh batuk yang sering. Untungnya tidak ada anosmia, sehingga kami masih bisa menikmati rasa makanan :') Selama isoman kami pun tidur pisah kamar, makan pun tidak di satu meja makan.
Tentunya ada rasa sedih di awal-awal, saya tidak bisa makan bersama dengan keluarga, tidak bisa peluk dan cium anak setiap hari, tidak bisa peluk suami, menemani anak pun selalu pakai masker. Hati pun bertanya-tanya, kami dapat covid-19 dari mana ya? Vaksinasi sudah kami lakukan lengkap dengan boosternya. Protokol kesehatan pun selalu dijalankan. Lalu saya dan suami menerka-nerka, jangan-jangan dapat virusnya dari restoran ya? Karena setelah kami trace back, kami sempat pergi ke mall dan makan siang di restoran satu minggu sebelum saya batuk hebat dan hanya di situ kami membuka masker kami. Bisa jadi ventilasi disana buruk dan jadi tempat transimisi si virus :( Hmm anyway, it is what it is..
Saat isoman Alhamdulillah makanan, vitamin dan obat-obatan berdatangan. Makanan paling banyak datang dari kembaran saya, yang mana kembaran lokasinya di Tokyo! hehehe.. terima kasih sekali pada teknologi G*Food dan G*abFood. Alhamdulillah nuhun pisan ya Wawa dan Biki 😇 nuhun Mamah Bapa 😊 Obat-obatan serta merta datang dari puskesmas dan klinik kantor Suami. Obat-obatan yang kami konsumsi adalah obat batuk, parasetamol, obat radang tenggorokan, obat sesak (diminum saat sesak saja), suplemen penambah imun serta vitamin C, vitamin D dan vitamin E. Saya minum obat tambahan relaksasi otot karena ada rasa nyeri pada bagian bawah perut. Suami pun menebus obat antivirus Favipiravir dari Kemenkes setelah melakukan telemedicine. Namun saya tidak menebus obat antivirus karena tidak direkomendasikan untuk Ibu menyusui.
Waktunya minum obat :) |
6 hari pertama isoman terasa cukup berat, lemas, pusing, cepat lelah (Subhanalloh batuknya bikin capek), kalau siang bawaannya ingin tidur, tapi malam susah tidur karena batuk yang menggangu :( Minyak angin fresh ca*e sudah jadi sahabat setia, selalu saya pakai di dekat hidung dan tenggorokan, lumayan membantu tenggorokan jadi hangat, meredam batuk dan melegakan nafas.
Namun setelah itu keadaan semakin membaik, terlebih saat hari isoman ke-10. Sekarang badan rasanya sudah segar, sudah bisa ketawa dan bercanda lagi, namun batuk saya masih ada. Tidak separah sebelumnya memang, tapi wondering juga kok batuknya betah ya.. apakah ini yang katanya Long Covid? Insya Alloh sore ini saya akan ke klinik untuk swab PCR, semoga hasilnya negatif 😇 Mohon doanya ya..
Sehat-sehat selalu yaa teman teman semua 🙂
Jakarta, 21 Maret 2022
Amalina
Update 22 Maret 2022: Alhamdulillah hasil swab PCR saya negatif. Yeay Alhamdulillah lulus Covid-19 💪 Perihal batuk saya yang masih ada, akhirnya saya konsultasikan dengan dokter. Katanya sih ini memang efek pasca Covid-19. Namun ini perlu dipantau juga selama 1 bulan ke depan. Jika gejala masih terus ada alias batuknya tidak hilang hilang, ada baiknya dikonsultasikan lebih lanjut ke dokter spesialis paru untuk rontgen. Mudah-mudahan tidak ada apa-apa yang serius ya. Aamiin 😇