Setelah melewati berbagai eksperimen, revisian, diskusi, weekly meetings, presentasi, courses, conferences dan requirements lain dilalui, akhirnya saat itu datang juga: acc dari Promotor untuk PhD thesis defense.
"Well, shall we submit to the system?" kata Bapak Promotor.
Saya masih ingat saat itu saya berkata "oh my, it is getting real."
Tak pakai lama, saya pun segera submit draft thesis pada sistem Hora Finita.
Qodarulloh, saya dan suami submit draft thesis dalam pekan yang sama dan kami pun sibuk menelepon PhD graduation office untuk bertanya kapan tanggal yang available untuk PhD ceremony/graduation. Kala itu kami agak sedikit mendesak untuk bisa sidang sebelum summer break. PhD thesis submission dan request tanggal untuk PhD defense ini at least 3 bulan in advance karena ada beberapa proses di dalam rentang waktu tersebut.
To make long story short, saya mendapatkan tanggal sidang di pekan pertama bulan Juli, sedangkan suami mendapatkan tanggal sidang 1,5 pekan sebelum saya yaitu di akhir Juni.
To make long story short, saya mendapatkan tanggal sidang di pekan pertama bulan Juli, sedangkan suami mendapatkan tanggal sidang 1,5 pekan sebelum saya yaitu di akhir Juni.
Persiapan untuk PhD thesis defense kami lakukan semua bersama-sama and indeed it was a very stressful moment for us. Mulai dari memilih percetakan buku thesis, layouting buku, design cover buku, tempat untuk resepsi, membagikan buku thesis/undangan untuk kehadiran saat PhD ceremony, memilih paranymphs (pendamping wisuda), memikirkan kado untuk supervisor, memilih tempat untuk reception dinner, revisian dari reviewer untuk chapter yang akan dipublish saat itu dan masih banyak yang lainnya. Tak lupa mengurus administrasi terminasi kontrak apartemen, listrik, air, dan kawan-kawannya karena kan mau pulang ke tanah air (Hore!).
Beberapa hari setelah suami selesai PhD defense alias satu pekan sebelum saya defense, saya mendapatkan hadiah in advance dari Alloh: I figured out that I'm pregnant.. :') masya Alloh, my PhD journey was started and will be ended by pregnancy :')
Semakin hari mendekati hari H, rasanya ga bisa dideskripsikan.. ditambah lagi rasa mual dan cepat lelah membuat saya tidak bisa konsen belajar 😅 Ketika mau belajar, eh saya malah tertidur di perpustakaan. Ketika mau belajar, eh mual 😅 Saya sampai menyelinap membawa minuman jahe ke dalam perpustakaan supaya tidak mual hahaha.. 😅 Ya Alloh.. saat itu rasa rasanya saya hanya ingin segera lulus saja deh hehehe..
Dan hari itu pun tiba. Jujur, saya sangat gugup. Saat penguji pertama bertanya, pertanyaan pertama Beliau sama sekali tidak bisa saya jawab. At that time I feel like it was the longest minute in my life. Saya langsung melihat wajah suami dan para paranimf (pendamping wisuda), masya Alloh senyum mereka menyemangati saya :)
Alhamdulillah pertanyaan dari penguji lain dapat saya jawab dengan lancar, apalagi penguji terakhir hehehehe. Sayangnya ketika saya hendak jelaskan lebih jauh, pedel sudah datang dan berkata "Hora Finita!"
Para Penguji >.< (Photo credit: Aleksandra Zielienska) |
(Photo credit: Aleksandra Zielienska) |
Alhamdulillah pertanyaan dari penguji lain dapat saya jawab dengan lancar, apalagi penguji terakhir hehehehe. Sayangnya ketika saya hendak jelaskan lebih jauh, pedel sudah datang dan berkata "Hora Finita!"
Tak lama kemudian, prosesi pengumuman kelulusan pun dilakukan. Saya tidak tahan menangis haru :')
Sebelum acara dinner selesai, kedua paranymph memutarkan sebuah film persembahan yang isinya parodi ketika saya menjadi masih PhD student. Saya sampai terbahak bahak menontonnya :D Kemudian, saya pun memberikan kenang-kenangan untuk Promotor, kedua paranymph dan juga teman-teman satu grup penelitian.
Beberapa hari kemudian, saya datang lagi ke lab. Bukan untuk ngelab dong tentunya.. But to say good bye for the last time :) Tidak lupa memfotokopi buku-buku lab journal dan berfoto di lab (yang tidak biasa saya lakukan haha) buat kenang kenangan nantinya :)
Amalina and the "lovely" Fluorimeter hahaha :) |
I always fill this 20L running buffer bucket during my PhD. I am gonna miss this for sure. |
Alhamdulillah. Selesai sudah perjalanan panjang ini. Semoga ilmu yang saya dan suami peroleh selama masa studi ini berkah dan dapat bermanfaat di tempat kami mengabdi nantinya. Aamiin..
Halo, mbak amalina, tulisan ini bagus sekali, saya selalu ingin bisa menjadi doktor tapi sering berfikir apa mungkin waktu yang saya punya cukup untuk mengambil doktoral sekaligus mengurus rumah tangga dan juga anak. Tapi dari tulisan-tulisan mbak saya bisa mendapat gambaran yang cukup. Terima kasih, mbak. Ibu super! Barakallah untuk ilmunya
ReplyDeleteHalo Mbak Flory, salam kenal :)
ReplyDeleteMasya Allah tabarakallah Mbak.. :)
Di awal perjalanan pendidikan doktoral saya pun sempat ragu, bisa gak ya menghandle ini semua. Tapi waktu itu teman saya bilang "Ambil S3 pasti akan ada roller coasternya, apapun kondisinya - mau sambil punya anak atau pun tidak." Jadinya saya jalani saja hehehe..
Terima kasih telah berkunjung ke blog ini :)
Salam,
Amalina
Sangat menginpirasi kak !
ReplyDeleteAlhamdulillah..
DeleteTerima kasih Kak Fahdly! sukses selalu :)
Salam,
Amalina
Sangat menginspirasi kak. Kebetulan saya mahasiswinya pak azis. Wah hebat sekali bisa Ph.D bersama. Semoga berkah ilmunya ya kak!
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih :)
Deletewaah ternyata mahasiswinya suami saya yaa, sukses selalu ya :)
Salam,
Amalina
Great article with excellent idea!Thank you for such a valuable article. I really appreciate for this great information.. Fastest PhD Thesis Writing Service
ReplyDeleteAn ideal web-based PhD program would include the investigation of both the hypothetical and experiential parts of a subject. PhD Thesis Writing Service
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete